Bagaimana Menginjak Kehidupan di Usia 26 Tahun?
Sebuah usia adalah suatu perjalanan hidup seseorang. Adanya usia, hal ini menandakan sudah seberapa panjang setiap pribadi yang ada di dalam menjalani roda kehidupan dari waktu ke waktu dalam kesehariannya.
Lantas,
mengapa perkataan di atas tersebut bisa terucap oleh gue? Hal itu tidak
terlepas dari apa yang saat ini sedang gue rasakan. Ya, tepat pada hari ini,
gue menginjakkan kaki di kehidupan usia 26 tahun.
Angka 26 tentunya
bukanlah sebuah angka yang singkat, namun bukan juga angka yang panjang selama
menjalani kehidupan yang terus bergulir dari setiap waktu dan hari yang
dilewati ini oleh gue.
Menjalani
kehidupan yang telah melewati ¼ abad ini pastinya sudah gue rasakan. Baik
susah, senang, sedih, ketawa, kecewa, harapan, dan yang lain-lainnya, sudah gue
hadapi untuk menghadapi kehidupan yang tidak pernah berhenti.
Seiring
dengan hari jadi yang ke 26 tahun ini, lalu apa sajakah yang bis ague bagikan
sebagai sebuah pengalaman hidup yang telah gue rasakan sampai dengan sekarang
ini?
Well, kalau dijabarkan mungkin tulisan ini bisa panjang.. But hmm, let me make it simple
and just some points that I will share to you about my story..
Banyak
Tantangan, Namun Harus Memupuk Harapan
Pertama
yang ada di benak para generasi muda yang telah memasuki seperempat abad lebih
adalah tentang dinamika kehidupan. Ya, hal ini pastinya dirasakan oleh setiap
pribadi yang menginjakkan kaki di usia yang bisa dibilang bukan lagi remaja.
Probelmatika
yang gue dan orang-orang lainnya di usia seperti ini adalah banyaknya tantangan
yang harus gue hadapai. Lets’s be fair, it’s called a life, right?
Tantangan
yang gue hadapi di usia 26 tahun ini ada beberapa macam. Tantangan yang pertama
adalah perihal karir dan pekerjaan. Karir dan pekerjaan adalah hal utama yang menjadi
ujung tombak gue untuk masa depan gue kedepannya.
Terlebih gue
sendiri sudah menginjak gelar akademik Magister / S2 dan juga ditambah dengan adanya gelar
sertifikasi non-akademik, pastinya hal ini juga menjadi tuntutan agar gue bisa
mendapatkan pendapatan dan posisi yang sesuai dengan kriteria latar belakang
gue.
Jika
mengingat di usia ke 26 tahun ini dan ditambah dengan pengalaman kerja gue yang
sudah memegang pengalaman kerja dari tahun 2017, pastinya jabatan sekelas
senior ataupun junior manager pun sudah menjadi target untuk karir kedepannya.
Target
karir tersebut juga tidak terlepas dari salary yang gue butuhkan untuk memenuhi
kebutuhan keseharian dan untuk target masa depan gue. Everybody needs money in
this modern era, so I.
Selain
dalam bidang karir dan pekerjaan, tantangan lainnya yang gue hadapi adalah
seberapa banyak achievement yang harus gue capai. Sama seperti dalam bidang
karir, gue pun harus menghadapi tantangan di dalam pencapaian yang harus gue
dapatkan.
Gue sendiri
masih memegang komitmen agar dapat bisa mencapai pencapaian-pencapaian yang
baik sebelum menginjak usia 30 tahun. Jika dihitung, ada umur 4 tahun lagi yang
perlu gue kejar untuk mengebut pencapaian gue sebanyak-banyaknya.
Selain
kedua hal tadi, masih banyak tantangan yang gue hadapi di usia 26 tahun ini
secara nyata. Tantangan dalam segi finansial, kebutuhan, target masa depan,
semuanya dicampur jadi satu. Pusing? Iya. Stres mikirin? Iya.
Namun dari
tantangan tersebut, gue pun harus bisa memupuk harapan sebanyak dan sekuat
mungkin agar bisa menghadapi banyaknya tantangan di usia 26 tahun ini. Sebanyak
tantangan yang ada, pastinya harus bisa memupuk sebanyak harapan untuk bisa
mencapai berbagai tujuan yang sudah dipersiapkan itu ya..
Inner Circle di Usia 26 Tahun? Smaller and Smaller..
Nah di usia
yang ke 26 tahun ini, hal ini juga menjadi salah satu hal yang memberikan
dampak perubahan dalam gue menjalani hari-hari. Di usia 26 tahun, gue merasakan
secara nyata bahwa inner circle dan pertemanan gue menjadi lebih sedikit
dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya.
Dalam
menginjak usia yang baru ini, gue melihat dan merasakan sendiri bahwa sampai
sekarang ini di diri gue bahwa gue hanya memiliki segelintir teman yang bisa
dibilang cukup dekat. Cukup dekat dalam arti ini lebih nyaman dalam berteman
dibandingkan teman-teman lainnya, namun belum pada titik sahabat.
Well as you
know, pada saat ini gue hanya bisa merasakan kurang dari 5 orang yang gue rasa bisa
menjadi teman yang cukup dekat. Di usia yang ke 26 ini, gue merasakan hal dimana
semua teman-teman gue sebelumnya telah sibuk dengan urusannya masing-masing dan
perlahan mulai pergi dari inner circle gue.
Lantas, apa
efeknya yang gue rasakan? Ya, secara langsung, inner circle gue semakin sedikit
dan it is smaller than ever…
Meskipun
begitu, gue tetap mengambil sisi baiknya dari apa yang ada. Dalam hal ini, gue
menjadi bisa lebih memiliki teman yang benar-benar bisa menjadi teman gue dan
pertemanan gue pun menjadi lebih berkualitas karena dapat berteman dengan baik.
Dari
persoalan inner circle di usia 26 tahun ini, pelajaran yang gue ambil adalah smaller
that I had, the less drama that I got. By the way, inner circle ini berbeda
dengan konseksi yang gue miliki ya.
Kalau berbicara
koneksi dari segi professional dan pekerjaan, koneksi gue tentunya bisa jauh
lebih banyak dari tahun sebelumnya dan harus memperbanyak koneksi relasi yang
ada dari waktu ke waktu.
Bersemangat, Bersyukur, dan Sayangi Diri di Usia ke 26
Mendengar
cerita tadi, apa kalian menghela nafas dan berfikir ‘’oh, usia 26 tahun berarti
berat dan banyak juga tantangan ya..” Ya secara faktanya, memang betul. Inilah
kehidupan yang harus dijalani dan kita sendiri tidak dapat menghindari setiap roda
perputaran kehidupan yang ada.
Lantas
dengan menginjak usia yang sudah berjalan sampai 26 tahun seperti sekarang ini,
maka apa yang bisa gue lakukan demi mengatasi setiap permasalahan dan juga di
dalam memupuk harapan untuk diri sendiri?
Cara yang
tepat untuk menggatasi setiap tantangan yang dihadapi adalah dengan menerapkan
tiga hal. Ketiga hal ini sendiri pelan-pelan gue coba implementasikan di dalam
diri agar gue terhindar dari status toxic circle maupun berbagai drama
kehidupan yang ada.
Well ketiga
cara itu yaitu bersemangat, bersyukur, dan juga menyayangi diri sendiri. Hanya
tiga, tidak perlu banyak-banyak hal bukan?
Meskipun
sulit, tapi perlahan ketiga hal tersebut bisa dapat gue terima pelan-pelan
karena ibaratkan ketiha hal itu adalah sebuah obat dan vitamin yang gue minum
agar tubuh gue dapat tetap sehat, bugar, dan juga fit.
Lakukan
pemikiran ketiga hal tersebut setiap hari dan setiap saat Ketika diri kalian sedang
down ataupun sedang dilema dengan tantangan kehidupan yang nyata ini. Dengen
mencoba memiliki mindset ketiga hal tersebut, kehidupan mungkin akan sedikit
berdamai dengan diri kalian dari waktu ke waktu.
Ya guys,
itulah tadi sepenggal cerita yang gue rasakan dan gue pikirkan di saat
menginjak usia baru yang ke 26 tahun ini. Tentunya dengan bersemangat, bersyukur,
dan memupuk rasa saying terhadap diri sendiri, beragam harapan dapat bisa
tercapai lewat tuntunan dari Tuhan sendiri.
Nah,
bagaimana dengan kalian? Apakah usia ke 26 tahun adalah sebuah titik balik
untuk menjalani kehidupan yang lebih kompleks dan bermakna di waktu kesehariannya
menunggu waktu dari sang Pencipta?
Comments
Post a Comment